Stail pembelajaran otak kiri

Sistem Pembelajaran Dominan Otak Kiri. Kelemahan dari sistem pembelajaran yang ada ketika ini adalah belum diaktifkannya belahan otak kanan. Penggunaan otak kiri masih sangat dominan. Suasana pembelajaran di sek2, misalnya, karena sudah dianggap lebih dewasa dari usia maka dianggap tidak memerlukan gambar dan warna. Suasana dinding kelas dibiarkan berwarna suram tanpa hiasan, buku-buku pelajaran pun tidak lagi berwarna dan bergambar. Guru mengajar dengan banyak bercerita dan menjadi yg maha tahu sementara siswa pula hanya mendengar dan mencatat.


Orang tua dan guru merasa resah jika anak belajar sambil menggoyang-goyangkan kaki, dengan mulut yang terus menyanyikan senandung lagu, serta tangan yang tak henti-hentinya mencoret-coret gambar di kertas. Semua itu dianggap gerakan yang mengada-ada dan mengganggu konsentrasi anak.


Persepsi bahwa cara belajar yang baik harus selalu teratur, di kelas yang selalu sama, dengan bangku yang berbaris rapi, suasana harus sepi, pandangan harus tertuju pada guru, adalah menggambarkan ciri-ciri kerja otak kiri saja. Dan inilah yang selama ini kita kenal sebagai cara pembelajaran yang lazim ditemui, baik di rumah maupun di sekolah.


Dengan menciptakan “fun learning”, dominasi otak kiri ini akan kita rungkaikan. Ciri-ciri otak kanan harus mulai dimunculkan dan disinergikan dalam proses pembelajaran, sehingga mampu mejelekitan kemampuan daya tangkap anak terhadap pelajaran yang diberikan. Maka, tak perlu ragu untuk menciptakan suasana belajar yang kreatif, penuh berbagai corak warna, dipadukan beragam permainan dan humor, berpindah-pindah tempat dan diiringi muzik lembut mengalun. Ayuh kita mulakanya di IPK, jika tertido jangan resah, itu sebenarnya berlaku pertukaran dimensi otak kiri ke kanan. Semasa pertukaran dimensi tersebut maka otak akan rest lalu aplikasinya "tertido"